Postingan

Pelajaran dari Sebuah Cermin

Masih selalu terngiang dalam ingatanku pada dongeng masa kecil tentang cermin ajaib, milik ratu yang sangat jahat. Setiap hari, dengan bangganya sang ratu berkutat di depan cermin, menanyakan pertanyaan yang sama. “Siapakah perempuan paling cantik di dunia wahai cermin ajaib?” Bertahun-tahun didapatinya jawaban memuaskan, yaitu sang ratu lah perempuan paling cantik di dunia. Namun, tiba suatu saat lahir seorang putri raja, namanya Putri Salju, dan predikat itu tak lagi diucapkan cermin ajaib untuk sang ratu. Ketika diutarakan pertanyaan yang sama, cermin ajaib dengan lantang mengucapkan bahwa Putri Salju lah perempuan paling cantik di dunia. Sang ratu pun murka. Dilakukannya segala cara untuk menyingkirkan Putri Salju. Meski hanya sebuah dongeng, setidaknya alur yang digambarkan dalam kisah ratu dan Putri Salju, sedikit banyak kita dapat mengetahui gambaran sifat cermin. Ia selalu berkata jujur, polos dan apa adanya, tak mengurangi maupun melebihkan. Apa yang dilihat di dalam cerm

‘Mencuri’ Pesona Tanah Haram (Perjalanan Umrah di Makkah dan Madinah)

Gambar
Oleh: Radiah Annisa N Ada seorang anak perempuan berusia 16 tahun, menulis satu puisi tentang rindu. Dia rindu meski belum pernah bertemu. Tiga tahun selanjutnya, ditulis lagi rindu itu di buku 100 impian hidupnya. Setiap melihat puisi dan impian yang sama, ia selalu tersenyum simpul. Tak pernah ia duga, ia menuntaskan rindunya dan menceklis daftar impiannya lima tahun kemudian. Daftar impian hidup dan puisinya berjudul “Merindu Kakbah Baitullah”. Dan anak perempuan itu adalah aku. Ketika masih berstatus siswa SD, SMP hingga SMA beberapa tahun lalu, pelajaran pendidikan Agama Islam yang membahas tentang Rukun Islam tak pernah terlewatkan. Mataku selalu berbinar jika disebutkan Rukun Islam terakhir yaitu “naik haji bagi yang mampu”. Juga ketika pada pelajaran Ilmu Sosial tentang 7 keajaiban dunia, aku selalu takjub. Borobudur di Indonesia, Eiffel di Paris, Taj Mahal di India, Menara Pisa di Inggris, Tembok Besar di China, Colloseum di Roma dan Kakbah di Arab Saudi. Alhamdulil

Mata Merah

TULISAN TANPA EDITAN DARI PENULIS MAKANYA TATA BAHASA DAN LOGIKANYA TIDAK ADA DITULIS PADA WORKSHOP CERPEN KOMPAS TANTANGANNYA, HARUS MENGGUNAKAN 4 KATA UNTUK MEMBUAT CERPEN (yaitu: PASAR BURUNG, IKAN, MERAH, MAUT)  MUNGKIN SUATU SAAT AKAN KUEDIT TAPI TAK JANJI Oleh: Radiah Annisa Setiap kulihat keluar jendela, aku ingin mencungkil matamu, atau meremuk jantung busukmu. Aku, selalu menaruh curiga pada pasar burung di seberang tempat tinggalku. Tatapan mata salah satu burung   itu sangat tak kusukai. Berwarna biru pucat, aku ingin membunuhnya, namun, tak pernah bisa kulakukan. Pernah suatu waktu aku melihatnya membunuh saudaraku. Seekor burung membunuh saudaraku. Kulihat itu di layar kotak miliki tuanku. Bahkan lebih parah, karenamu aku ada disini, terkurung disini. Kebencianku semakin menjadi-jadi. Ini semacam dendam. Pernah, selalu dan akan kurencanakan sesuatu yang akan mengakhiri hidupmu burung sialan. Lihat saja, mautmu ditanganku. Pernah suatu waktu kud