Cerpen: I Just Wanna say "Ana Uhibbuki, Ukhti!



illustrasi/google

 “Dava… Dava Haykal… Dava Haykal Pratama...Heiii, wake up!”
“Hah? Ada apa? Sa…sa... sayaaa Dava Prof, eh maksud saya, Miss.” Miss Fanny membuyarkan  lamunanku. Bicaraku terbata-bata. Seisi kelas berbalik kearahku dengan sorotan mata tajam, seperti orang yang baru lihat cowok cakep. Hehe.
“What happen with you, Dava? Any problem? Why you so calm today?” Miss Fanny melontarkan bertubi-tubi pertanyaan ke padaku sambil tersenyum sinis.
***
Miss Fanny adalah asisten dosen Prof.Jefry di mata kuliah English Structure. Bagiku dan semua mahasiswa kaum adam , Miss Fanny adalah asisten paling cihuy di jurusanku, jurusan sastra inggris. Miss Fanny mirip Luna Maya, kulitnya mulus seperti Lyra Virna, lesung pipitnya dalam sedalam sumur belakang asrama. Haha.
Aku mahasiswa angkatan 2010, tetapi karena tidak pernah lulus mata kuliah English structure, akhirnya untuk kesekian kalinya aku mengambil mata kuliah itu lagi, dan sekarang bersama dengan mahasiswa baru sastra inggris angkatan 2012. Aku tak pernah lulus karena beberapa alasan. Selain kehadiranku tidak mencapai 80% aku juga jarang mengumpulkan tugas. Bukannya aku bodoh yah, tapi aku malas saja. Malas ketemu sama prof. Jefry. Baru setelah 2 minggu ini Prof.Jefry menyerahkan kelas structure ke Miss Fanny, dan aku mulai rajin masuk kelas. Alhamdulillah yah.
***
“No problem Miss, I’m fine and I think you still so and so beautiful today.” Kujawab pertanyaan Miss Fanny dengan memasang muka paling imut, berharap dia tersanjung akan pujianku hari ini.
“Oh, I see, come in here now, handsome!” Miss Fanny memanggilku sambil menggoyangkan telunjuknya kearahku.
Dengan santainya aku naik ke depan kelas sambil merapikan kera baju dan rambut jabrikku. Anak-anak yang lain hanya senyum-senyum kecil melihat tingkahku.
“Now, make  100 causative sentence in the blackboard until time of this class finish.”
“whattt? Miss, but Miss, I I I.
“working now or out in my class?”
“ok ok, I work now, beautiful girl.” Ku kerlingkang mata ku padanya.
“Dava! 200 sentence?
“No Miss, enough...enough... ini aja udah kenyang.”
(1 hours later).
“ok. All of student, see you next week. And Dava, you must be seriously in my class.”
“yes, Miss. I’m promise”
***
“Woe mas bro, ngapain lu tadi ngelamun?” Indra, teman kelas English Structure, sekaligus juniorku, sekaligus sepupuku, menepuk pundakku.
“gini bro, tapi janji lu jangan bilang siapa-siapa yah?”
“janji.” Indra mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan.
“ gue kepikiran terus bro sama cewek kemarin yang jalan sama temen-temennya ke kantin. Dia tuh punya something gitu, Gimana yah bro, ngeliat dia tuh bedaaa banget. Kerudungnya, bajunya sopan, pipinya merah, matanya berkilau, gak jelalatan kayak yang lain, dan..”
“stop-stop-stop komandan. Wah baru kali ini nih seorang Dava Haykal Pratama yang sudah 17 kali di tembak cewek. Dava gitu, cowok tersohor segang sastra, cowok bermobil keren sekarang malah galau mikirin cewek yang bentuknya kayak gitu, apa kata dunia.,?” Indra lagi-lagi bikin keributan, suara loadspeaker cemprengnya bikin orang-orang satu kelas natap gue kayak natap maling.
“Indra…!.” Langsung kusekap mulut Indra dari belakang , sambil berbisik tepat di telinganya. “Sekali lagi lu bilang gue galau, gue makan lu hidup-hidup.”
“Ih, Dava ih, kanibal.”
***
Tidak bermasuk menyombongkan diri yah. Apa yang dikatakan Indra tentang di tembak 17 cewek dalam 20 tahun terakhir itu memang benar. Bahkan pernah setahun lalu ada makhluk setengah perempuan setengah lelaki yang disebut bencong nembak juga. Alamak.
Kata orang-orang. Mulai dari teman kampus sampai teman arisan nyokap, bilang kalau aku mirip artis. Katanya dari belakang mirip Ari Wibowo, samping kiri mirip Derby Romero, samping kanan mirip Dude Herlino, dan dari depan mirip Susilo Bambang Yudhyono. Sekalian aja mirip Budiono. (lanjutkan).
Semasa hidup, baru nembak 5 orang cewek, itupun cuma buat taruhan. Yang sekarang pun hasil taruhan juga. Namanya Nindy, dia anak bupati, cantik si cantik, tajir ya so pastilah, masalahnya tuh cewek asli telmi, lebay pula. Ke kampus pakai lipstick 3 cm, bedak 5 cm, belum lagi gigi mutiaranya bikin illfeel.
Sumpah yah, dua bulan sama Nindy itu bawaannya mau putuuus aja. Tapi masalahnya aku nunggu dia yang mutusin duluan. Udah beberapa minggu ini aku cuek-bebeknya minta ampun, aku juga udah suka ingkar janji, minta di traktir makan juga udah berkali-kali. Tapi gak ada kata putus dari Nindy, malah panggilan “bebh bebhnya” makin menjadi-jadi.
***
Tiga minggu telah berlalu, tetapi wajah gadis itu selalu datang dalam mimpiku. Hari ini juga kucari info tentangnya, pokoknya semua yang menyangkut dirinya. Menurutku dia penuh pesona. Baru sekali ini aku merasakan hal seperti ini. Setiap aku melihatnya tiba-tiba ada angin lembut menerpa diriku dan dirinya. Ada bunga-bunga jatuh entah dari mana.
Namanya Aisha Alkhumairah, dia mahasiswa baru angkatan 2012 jurusan sastra arab, tinggal di asrama mahasiswa. Hanya itu yang aku tahu, baru kali ini susahnya mencari tahu tentang perempuan. Dialah perempuan pertama yang telah membuat jantungku berdegup tak seperti biasanya.
Rasanya, aku ingin langsung mengungkapkan perasaanku padanya. Tapi sungguh melihatnya saja aku jadi salah tingkah. Akhirnya, kutulis sebuah surat untuknya, entah ini surat apa, mungkin surat cinta, aku baru melakukannya kali ini. Hanya untuk dia. Walaupun aku sadar kata-kata dalam suratku sangat lebay karena yang bantuin bikin si Indra.
“untukmu, Bidadari cantik jelita.
Adinda Aisha Alkhumairah
Pertama kali ku melihatmu hanya 5 detik, tapi suer kamu telah memetik hatiku. Lewat surat ini aku hanya ingin melegakan perasaanku.
Bapak kamu penjual pecel yah? (jawab ‘Ia’ aja yah!)
Soalnya kamu telah mengulek-ulek hatiku. jiaaah
I LoVe U alias Ana Uhibbuki, AISHA.” Ciyusss..
Nb.Maaf jika tulisannya jelek
Tolong balasannya simpan di tempat penitipan tas perpus pusat nomor 212
Dava Haykal Pratama
Satu hari tak ada balasan, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tak kunjung ada balasan. Aku rasanya sudah putus asa. Tiba-tiba tepat pukul 12.00, hari Jumat, ada sepucuk surat di tempat yang kusarankan. Oh, my God, it’s amazing. Wajahku berbinar.

Assalamualaikum wr.wb
Tolong saudara belajar lebih banyak tentang agama.
Wassalam.
Aisha

Ekspresiku berubah seketika, wajah manis bahagiaku berubah menjadi wajah pahit sedih ditambah kerutan dahi dan monyongan bibirku, tetapi tidak terlalu mengurangi kegantenganku. Heh?
Baru kali ini ada yang berani menolak pesonaku. Aku tak mau menyerah begitu saja. Setelah kurenungkan isi suratnya dan kutanyakan kepada teman-teman cowok di divisi kerohanian jurusan, sekarang aku tahu jawabannya.
Mulai sekarang aku selalu ikut pengajian dan tarbiyah. Sekarang shalatku bukan lagi dua kali setahun  -idul adha dan idul fitri-  tapi sekarang sudah bisa shalat 5 kali sehari dan kadang menambahnya dengan shalat rawatib. Aku menyesal, kenapa tidak dari dulu saja aku seperti ini.  Terima kasih telah memperkenalkan islam padaku, Terima kasih karena dirimu aku bisa rasakan nikmatnya islam. Kuyakin ini adalah jalan Allah lewat Aisha.
Sekarang, tiap bertemu Aisha di koridor-koridor kampus atau kantin, hatiku selalu berharap bahwa dia adalah perempuan yang tertulis di buku Lauhil Mahfudz ku.
Tak jarang setiap malam aku terbangun tunaikan tahajjud. Wajah Aisha selalu bersarang di otak dan hatiku. Aku akan bersabar , ku tundukkan pandanganku, sampai agama mengizinkan untuk menatap wajahnya sepuas hati.. Ukhti, I just wanna say, Ana Uhibbuki, tunggu aku di rumahmu.

Salam pena,
Radiah Annisa Nasiruddin


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Sampai Mereka Tahu Aku Lesbi

Puisi: Tugu Monas Ibu Kota

Namaku dari Sudut Pandang Makhluk Lain