Puma, Jagung Manis dan Tahan Lama
jagung puma hasil persilangan |
Jika beras
sebagai makanan pokok sudah tidak bisa menjadi pemenuh kebutuhan kita, apa
langkah alternatif yang akan kita ambil? Yah, salah satu bahan pangan serelia
pengganti beras adalah jagung.
Jagung telah dipikirkan menjadi salah satu alternatif pangan
selain beras. Diketahui terdapat jenis jagung yang sering dikonsumsi
masyarakat, jagung pulut dan jagung manis. Akan tetapi jagung belum bisa
sepenuhnya menjadi pangan pengganti beras. Yang
menjadi kendala mengapa jagung belum bisa digunakan sebagai pangan alternatif
dikarenakan keengganan masyarakat mengkonsumsi jagung disebabkan kualitas
jagung saat ini pada umumnya kurang cocok bagi lidah masyarakat Indonesia. Masih
terdapat kelemahan-kelemahan dari dua jenis jagung ini. Kelemahan dari jagung
pulut yaitu produksinya yang rendah (<2ton.ha-1 ) sehingga petani kurang
tertarik membudidayakannya, sedangkan kelemahan jagung manis yaitu masa segar
yang sangat singkat, hanya tahan kurang lebih 3 hari setelah panen tanpa
berpendingin. Diketahui bahwa Sulawesi Selatan berpotensi menghasilkan jutaan
ton jagung pertahun dan memiliki varietas lokal jagung pulut, seperti jagung
pulut Enrekang dan jagung pulut Takalar. Menggabungkan karakter pulut pada
jagung pulut dan karakter rasa manis pada jagung manis disatukan dalam satu
jenis jagung baru yang unik, jagung pulut manis (PUMA). Sehingga hadir jenis
jagung yang memiliki produksi lebih tinggi dan memiliki daya simpan yang lebih
lama. Yang nantinya akan menjadi sumber pangan fungsional di masyarakat.
Inilah yang melatarbelakangi tiga mahasiswa Fakultas
Pertanian melakukan persilangan jagung pulut dan jagung manis menjadi satu
jenis jagung baru yang memiliki dua sifat unggul keduanya. Muh.Hariadi Said, Sirajuddin,
dan Muddar setidaknya membutuhkan waktu
sekira 4 bulan untuk melakukan penelitian hingga terbentuknya satu jenis jagung
baru, jagung PUMA.
Penelitian yang termasuk salah satu Program
Kreativitas Mahasiswa yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(DIKTI) ditahun 2013 ini adalah penelitian yang pertama kali dilakukan dan
masih terbilang sangat awal. Hasil persilangan jagung pulut dengan jagung manis
merupakan populasi dasar yang dibentuk menjadi varietas jagung unik (PUMA).
Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan sampai pada tahap pembentukan varietas hibrida
jagung Pulut Manis (PUMA). “Penelitian ini sebenarnya jangka panjang, masih belum stabil , masih perlu pengembangan,
butuh waktu 3-4 tahun.” Tutur Hariadi
Untuk mengetahui interaksi
kedua jenis jagung tersebut dilakukan persilangan 2 genotipe jagung pulut (
pulut lokal Takalar = P1, dan pulut lokal Gorontalo= P2) dengan 3 varietas
jagung manis (varietas Bonanza= M1, Secada = M2, dan Talenta = M3) sehingga
menghasilkan 6 kombinasi persilangan yaitu: M1 x P1, M1 x P2, M2 x P1, M2 x P2,
M3 x P1, dan M3 x P2. Dan sebagai kontrol yaitu kelima tetuanya yang
disilangkan dengan dirinya sendiri (P1xP1, P2xP2, M1xM1, M2xM2, dan M3xM3). Setiap
perlakuan ditanam menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu
faktor yaitu genotipe yang diulang 3 kali sehingga terdapat 33 satuan
percobaan.
Persilangan tanaman
jagung pulut dengan jagung manis (PUMA) memberikan hasil yang lebih baik dari
kedua induknya dari segi panjang tongkol, jumlah biji, dan kadar gula biji. Hal
ini membuktikan adanya interaksi yang baik antara persilangan jagung pulut dan
jagung manis.
Mahasiswa angkatan 2010
ini mengaku masih sangat membutuhkan bimbingan oleh dosen-dosen khusunya dosen-dosen
pertanian. “Adanya
bimbingan kepada mahasiswa tentang penelitian-penelitian kedepannya yang bisa
membangun fakultas kita khusunya pertanian karena kita membutuhkan bimbingan
dari dosen-dosen,” ungkap Muddar
Hal yang menarik dari peneletian ini yaitu terdapatnya
kombinasi jagung pulut manis (PUMA) yang memiliki total padatan terlarut diatas
tetuanya (jagung manis) namun tahan simpan dan tidak cepat mengkerut. Data
pengamatan rata-rata bobot 100 biji memperlihatkan hasil persilangan jagung
pulut dengan jagung manis memiliki daya tahan simpan yang lebih lama. Hal ini
ditunjukkan oleh tidak mengkerutnya biji hasil persilangan Hal ini akibat
adanya heritabilitas positif persilangan.
“Saya harap kedepannya dapat bekerja sama dengan pihak
fakultas dan pihak fakultas lebih memperhatikan
varietas. Serta perusahaan-perusahaan lain bisa merilis varietas yang selanjutnya dijadikan varietas hibrida jagung Pulut Manis
(PUMA),” harap Sirajuddin
Radiah Annisa Nasiruddin
PK.Identitas.
naskah sebelum edit
Gimana kabar PUMA-nya mbak hingga hari ini (22 Januari 2015). Penasaran niiih para petani jagung :)
BalasHapus