Namaku dari Sudut Pandang Makhluk Lain

Tue, 20 Januari 2015
03.32 a.m till morning
Insomnia time!!!
Lewat tengah malam ini saya sedang terjaga dari tidur panjang. Sebab tenyata belum menunaikan kewajiban terakhir di malam hari (shalat isya, red) maafkan Diah Ya Allah. Setelah tunaikan kewajiban, mata tak sanggup terlelap. Ada juga manusia serupa dengan saya, bangun malam-malam begini, teman senasib yang akhirnya menjadi teman BBM-an. Hehe.
Tak cukup lama BBM-an, saya tak tahu lagi mau buat apa. Kulirik benda persegi berwarna coklat seukuran buku cetak, kubuka, kutindis tombol ‘power’ dan dia menyala biru diikuti musik Windows “tededede tededededeeeennn.”
Entah, apa yang ingin saya tulis. Hhhmmm, ada saran? !@$%^&*()___+)(*

Baiklah, saran diterima. Tema malam ini adalah tentang sebuah ‘Nama’, yah tak apalah ikut-ikut postingan kakak senior yang sudah di posting sebelumnya, sebab nama adalah sebuah cerita, (lupaka’, siapa punya kata-kata tuh, peterpan, noah, ariel  atau siapakah?)  -_-‘ 

Kini saya twenty years my age (ala-ala vikinisasi). Delapan hari lagi bertambah satu ekor. Di usia macam ini saya punya lumayan banyak nama panggilan, yang disematkan oleh keluarga, teman SD SMP SMA Kuliah, teman geng (tanpa motor), teman main, teman ghaoul, teman ngaji, guru, kepsek, dan si odop-odop ‘uhupp’. Haha

Kita mulai dari nama asli saya...
1.      Radiah Annisa. Disahkan di Akta Kelahiran dan ditandatangani plus di stempel basah oleh Kepala Dinas Kependudukan since 1994. Namanya Pak Wasir Ali, terima kasih pak, *eeh
2.      Deda’/Da’. Masa-masa kecil saya lalui dengan nama itu. Deda’ adalah nama panggilan untuk anak perempuan di salah satu desa di Bulukumba –maklum kedua orangtua adalah orang Bulkum tulen- namanya Desa Ara-Bontobahari. Sebagian besar keluarga dan teman semasa SD kelas 1-4 memanggil dengan nama itu, tak ada yang mengenal apa itu‘Radiah Annisa’. Hihiw.
3.      Dedong. Sampai sekarang pun kakak pertamaku Fathimah Az.Zahra masih panggil Deda atau dipersingkat jadi Da’. Paling parah dipanggil Dedong singkatan dari Deda Dongdong. Alamaak, saya tak tahu bagaimana mengutarakan definisi sebenarnya dari kata “dongdong” 
4.      Radiannisa. Nama Radiah Annisa yang dileburkan sehingga huruf ‘H’-nya tersamarkan. Haha (ingat pelajaran tajwid). Yang panggil begini adalah bapak saya. Pak Nasiruddin. 
5.      Radiatunnisa. Nama yang sering disebut jika Pak Kepsek SD-ku di SDN 1 Camba memanggil saya. Berkali-kali saya klarifikasi justifikasi bahwa nama saya tak memakai kata “Tun” tetapi tetap saja dipanggil seperti itu. Ah, Pak Mustafa Madeali, terserah bapaklah. Ahaha.  
6.      Radiatanmardiah. Ini lebih mengada-ada lagi. Om saya –Tetta Sabir- yang biasa panggil begini. Awalnya memang waktu kecil bapak saya ingin memberi nama seperti itu, namun tak jadi.
7.      Jenny. Anda bingung? Sama, saya pun bingung. Nama yang sangat tidak nyambung, bukan? Jadi, Jenny adalah nama ghaoul gitcuu waktu SD. Ingatkan, waktu jaman SD suka nulis-nulis biodata di orji atau binder teman, dan ada kolom “nama samaran” sebelum “MaKes” “MiKes” “KaMut” de-el-el. Ahaha, kalau kamu anak tahun ’90-an pasti tahu lah. So, nama Jenny saya ambil jadi nama samaran karena saya lahir bulan Januari, di keren-kerenkan, maka jadilah Jenny, masyaallah-nya yah pemirsah.
8.      Radiah. Pindah sekolah dari SDN 1 Camba ke MI Pesantren Darul Istiqamah Maros harus kuubah nama panggilan ‘Deda’ itu. Di sini saya mulai memperkanalkan nama asliku, Radiah Annisa, sejak itu, putuslah rantai ‘Deda’ dikalangan teman sekolah. Setiap ditanya nama, dengan mantap saya bilang ‘Radiah’, kadang ada yang menyingkat jadi ‘Diah’. Teman-teman mengaji di TPA Al-furqan pun panggil begitu.
9.       Dea/Dhea/Deyya. Saya tidak pernah mengenalkan diri dengan nama unyu-unyu imut ini. Kisahnya dimulai kelas 1 SMP di SMPN 1 Mandai. Kala itu awal jadi siswa baru. Ada teman kelas baru yang cerewet dan supel, namanya Windy. Dia nanya “Siapa namata’?”  saya jawab “Dia”. Dia menyambut dengan tanya, “Dia?” mungkin karena terdengar aneh karena merupakan salah-satu bentuk kata sapaan dalam cerita untuk tokoh dalam sudut pandang orang ketiga, aalaahh, apakah? -__-“
Sehingga, dengan berjalannya waktu, nama ‘Dia’ terkikis dan mengalami revolusi penggantian huruf ‘i’ ke huruf ‘e’. Maka jadilah, semuaaa teman SMP memanggil “Dea” kadang di SMS menuliskan “Dhea atau Deyya”
Tak hanya sampai SMP, di SMAN 1 Maros nama ‘Dea’ semakin merajalela, karena beberapa teman SMP masuk di SMA yang sama, dan menyebarkan virus ‘Dea’. Sampai kuliah pun ada beberapa yang panggil seperti itu karena teman SMA juga masuk di kampus yang sama. Padahal saya tak pernah sekalipun menyebut diri dengan nama imut itu.
10.  Gea. Nama macam apa lagi ini Yaa Tuhan?? Ini juga masih jaman SMP. Nampaknya anak-anak SMP tak puas mengganti huruf ‘i’ dengan ‘e’, diubah lagi huruf ‘d’ menjadi ‘g’. Orang yang paling sering memanggil ini dengan teriakannya “Ma’gea ko Gea” (mungkin artinya, Melawan ko Gea) adalah si Yusuf.
11.  Dagu. Nah, ini nama panggilan yang termasuk golongan ‘mengejek’. Sebab saya punya dagu yang lancip dan panjang layaknya nenek sihir. Dan pencetusnya adalah teman SMP juga, namanya Rahmat, bahkan ejekan ini terbawa sampai SMA, karena Rahmat punya teman pelanjut ejekan, tapi tenang, hanya seorang, dialah Joe. 
12.  Cadel/ Cedel. Dasar saya-nya tak bisa menyebut huruf ‘R’ dengan baik-benar-dan bermartabat, inilah nama ejekan selanjutnya. Anehnya, yang ejek dengan nama ini pun samaaa dengan saya, mereka Cadel juga. Yang sering panggil ‘cadel’ si Cadel Ahmad (teman SMP). Yang panggil ‘cedel’ (singkatan Cewek Cadel) si Cadel Akram (teman SMA). Secara tidak langsung mereka mengejek diri sendiri kan yah? Hoho.
13.  Nisa. Saya juga tidak pernah mengenalkan nama dengan kata ini. Mungkin karena lebih mudah disebut jadilah manusia-manusia yang suka memanggil dengan nama ‘Nisa’ adalah anak-anak organisasi di IPM-se Sulawesi Selatan (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Sampai sekarang masih seperti itu, kakak keduaku –Nurfadilah- dan mamaku pun jika memanggil pasti pakai nama ‘Nisa’.
14.  Anis. Yang panggil gini ada 1 orang anak IPM yang nampaknya tak tertarik memanggil ‘Nisa’, dialah Fathur. Anis! Lumayan juga.
15.  Ranis/Rhanis. Ini juga termasuk nama gaul. Biasalah anak gaul suka singkat-singkat nama (teori sesat). Ranis singkatan dari Radiah Annisa, seingatku hanya satu dua orang yang panggil begini, teman SMA yang kulupa.
16.  Odah. Nama panggilan di salah satu geng-ku masa SMA. Yang diberi oleh 3 perempuan yang kupanggil Kotek (Dita), Bala (Ida), Dondongputs (Tiwi). Entah darimana nama ini bisa muncul, kalau tak salah ingat, mungkin ketika jam olahraga, waktu absen nama, Pak Busran salah sebut nama dengan mengatakan “Raodah Annisa”. Yeeelaahh Pak Pak.
17.  Kismin. Kismin artinya Miskin, kata yang sempat populer waktu SMA karena ada sinetron striping yang selalu menggunakan kata itu. Juga pernah dinobatkan padaku jaman SMA, tapi hanya satu orang yang memakainya, anaknya Pak Camat Mandai di Maros, sekaligus teman sekelas, teman bertengkar, teman jambak dasi dan kerudung, teman hitung-hitung harta kekayaan yang bermiliar-miliar. Dialah si Kismin Angga. 
18.  Bernisa. Ini kerjaan perempuan yang bernama Mutiara Sainuddin, teman dari SMA sampai kuliah yang sekarang kuliah di Fak. Hukum Unhas.
19.  Diah/Dia/Dyah. Nama yaaanggg paling banyak viewer-nya *eehh. Sebagian besaaarrr teman kuliah di jurusan sastra inggris dan sekitarnya serta organisasi di Unhas (FLP, identitas, de el el) menggunakan nama ini untuk memanggil. Yah 11-12 lah sama panggilan Radiah. 
20.  Laa Diah/Ladiah. Ada dua makhluk yang menciptakan nama ini. Dua orang yang saya kenal di tempat yang sama. PK identitas. Namun mempunyai maksud berbeda nampaknya. Si Devika menggunakan awalan ‘La’ karena dalam Bahasa Makassar (mungkin) ‘La’ artinya ‘Si’ jadi Ladiah=Si Diah. Yang kedua adalah Kak Dani, memanggil nama Ladiah karena ke-cadel-an diriku, mengubah ‘R’ jadi ‘L’. Lucu juga!
21.  Ndut’. Mulai tahun 2014 semuanya berubah. Ke-langsing-an ku pudar. Nama Ndut’ yang diambil dari kata Gendut semakin famous di kalangan senior dan kru identitas. Pencetus dan pengguna terbanyak adalah Kak Rahman, disusul Kak Sita dan selanjutnya Kak Ita, yang lain hanya menggunakan sesekali. Mengapaaa Tuhaann??? Berat badanku hanya naik beberapa (puluh) kilo. Aku tak gendut. 
22.  Tembem. Ini sepupuan juga kayaknya dengan Ndut, hanya sedikit halus, tapi tetap saja. Yang suka panggil seperti ini teman BBM-an yang juga kakak kelas.
23.  Din. Ini adalah firename atau nama pena di koran identitas untuk rubrik civitas. Semua kru wajib punya firename, agar tak ketahuan siapa penulisnya. Nah, setelah melakukan perenungan yang mendalam, memilah-milih huruf diantara ‘Radiah Annisa’, maka saya berhasil mengambil kata Din, yang juga berarti Agama. Semoga apa yang kutulis bermanfaat seperti agama yah. Aamiin.
24.  Batladin. Akronim dari Battala Din. Perintisnya adalah teman senagkatan di identitas, namanya Benny. Battala adalah sinonim dari gendut. Tegaa kamuu Ben tegaa!!!
25.  Ganteng. Karena saya suka panggil teman-teman cewek atau pun cowok dengan panggilan ‘Cantik’ maka ada juga teman cowok yang kini suka panggil saya Ganteng.
26.  Radya. Dengan dialek orang Bulukumba Ujungloe, kebanyakan yang panggil keluarga-nya mama. Lucu kalau didengar, mendayu-dayu. “ii Raaadyaaa..”
27.  Malas. “hay, malas!” “dimanaki malas?” “sudah kerja tugas malas?” Itu selalu dilontarkan Kabirah –teman baku bawa ku di jurusan- ke saya. Bukan tanpa sejarah, masuk semester 3, 4 dan 5 saya memang malas semalas-malasnya masuk kuliah, apalagi kelas Pak Majid yang mulai pukul 07.30 pagi. Buang kutukan ini Tuhaann. L
Itulah beberapa kata yang bisa membuat saya (insyaallah) menengok jika disebut. Masih banyak sebenarnya. Apalagi yang berhubungan dengan berat badan misalnya Bondeng, Bulat, Besar, Lebar, tapiii aahhh saya tak mau mengakuinya. Ckckc. 
Dan banyak nama yang diplesetkan, dihancurbaurkan, dileburkan, disamarkan, penghilangan atau penambahan huruf atau tak nyambung sama sekali, seperti Dio, Deo, Radiong, Manisan, Cleopatra, Dinda, de cewets, Say *eh,  tapi sudahlah, saya tak mau menyebut dia siapa, nanti kenangannya tiba-tiba muncul kembali, oouupps. haha. 
Dibalik itu semua saya lebih suka dan sangat senang dipanggil makan. MAKAAANN!!! Iya, hay. SELESAI. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Sampai Mereka Tahu Aku Lesbi

Puisi: Tugu Monas Ibu Kota